[Philanthropy Learning Forum ke-23] Dampak Seni di Masyarakat
“Kita masih memandang seni dengan kaca mata barat dimana budaya hanya sebatas warisan dan terlepas dari keseharian. Indonesia seharusnya memandang budaya secara berbeda, karema budaya kita turut dijalankan dalam keseharian” begitulah sedikit kutipan pesan yang disampaikan oleh Dirjenbud. Oleh karena itu melalui Philanthropy Learning Forum diharapkan dapat ditemukan masukan atau ide mengenai bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih peduli terhadap seni budaya. Philanthropy Learning Forum yang bertemakan “Dampak Seni di Masyarakat” ini diadakan atas kerjasama Klaster Filantropi dan Filantropi Indonesia Seni dan Budaya. Acara diselenggarakan di Ruang Komunal Indonesia (RUKI) from Facebook One Pacific Place 11, Jakarta. Ibu Linda selaku perwakilan dari Koalisi Seni membuka acara dengan menyampaikan bahwa tujuan dari diadakannya learning forum ini adalah untuk mendorong agar lebih banyak filantropis yang memerhatikan seni dan budaya di Indonesia.
Acara dilanjukan dengan diskusi yang dipimpin oleh Ibu Budhita selaku fasilitator. Dalam diskusi ini peserta Philanthropy Learning Forum diberi kesempatan untuk berbagi mengenai program kerja masing masing organisasinya dan apa yang mereka lakukan terkait pelestarian seni dan budaya di Indonesia. Dalam kesempatan ini Gita Hastarika dari Yayasan Kelola menyampaikan bahwa karya seni tidak pernah bebas nilai dan steril; selalu ada pesan yang hendak disampaikan dan erat hubungannya dengan kerangka SDGs. Namun sayangnya saat ini tidak ada kata seni/budaya sama sekali dalam kerangka SDGs. Setelah diskusi, PLF dilanjutkan dengan sesi Fish Bowl dimana peserta dari masing masing organisasi menjawab dan mendiskusikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh fasilitator. Diantara pertanyaan pertanyaan yang diberikan adalah seperti pengalaman mereka bagaimana seni dapat menciptakan dampak positif masyarakat dan apa yang bisa dilakukan untuk mendukung seni. Dari pertanyaan tersebut muncul jawaban dari perwakilan setiap organisasi seperti Ibu Linda dari Koalisi Seni yang menyampaikan bahwa dampak seni terhadap masyarakat adalah dapat memperkaya pemahaman masyarakat untuk melihat dari sudut pandang, bahwa ada keragaman perspektif dan kebenaran tidaklah tunggal. Ini konstektual agar masyarakat tidak mudah termakan hoax. Gita dari Yayasan Kelola juga berbagi pengalaman tentang bagaimana saat mendiskusikan topik tertentu, semua orang kerap merasa paling benar dan akhirnya dialog tidak bias terjadi. Ada Festival di Maros yang diawali dengan berjoget bersama. Saat bicara sudah tidak lagi produktif, seni bisa menjembatani. Peserta juga berbagi bagaimana mereka bias berkontribusi terhadap seni melalui program kerjanya masing masing.
Ibu Budhi menyimpulkan bahwa tidak ada seni yang diperkenalkan dari luar; semuanya memulai dari yang sudah ada dan kemudian dberikan ruang agar seni bisa berkembang. Masyarakat kita harus mendukung seni karena seni itu penting meskipun masih jarang didiskusikan. Melalui PLF ini kita mulai percakapan mengenai seni agar seni bisa survive sekaligus thrive. Pada akhir diskusi, peserta memberikan usulan untuk Klaster Filantropi Kesenian dan Kebudayaan diantaranya; durasi diskusi yang lebih Panjang dengan usulan tema seperti Dunia Pendanaan Seni Budaya, Lanskap Filantropi Indonesia, Fashion Sustainable Movement, atau Membangun Kemandirian Finansial dan Penggalangan Dana Untuk Komunitas Seni.