Desember 23, 2016
Kiprah Filantropi Indonesia Selama 2016 Diapresiasi Oleh Anggotanya
Pada penghujung tahun, lebih tepatnya Selasa, 20 Desember 2016, Filantropi Indonesia mengadakan Rapat Umum Anggota yang merupakan agenda tahunan dengan tujuan sebagai pertanggungjawaban program yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2016, termasuk laporan keuangan dan pemaparan rencana program tahun 2017. Ada empat hal utama yang dibahas dalam RUA ini yaitu, perihal organisasi, keanggotaan, pelaksanaan program kerja serta keuangan 2015-2016, dan penyampaian rencana kerja serta keuangan tahun 2017.
Perihal organisasi, Filantropi Indonesia sedang mengupayakan untuk mendapatkan status legal dan meminta waktu perpanjangan selama satu tahun untuk proses pengurusan akta. Tidak hanya itu, di tahun 2016 terjadi perubahan nama dan logo resmi organisasi, yang sebelumnya Perhimpunan Filantropi Indonesia menjadi Filantropi Indonesia, demikian pula dengan logo baru dengan tiga lingkaran yang melambangkan tiga aktor filantropi (donatur, perantara dan pelaksana program) telah ditetapkan untuk menggantikan logo lama.
Sejak awal tahun 2016, ada 18 anggota organisasi baru yang bergabung, sehingga total keseluruhan anggota FI hingga sekarang berjumlah 40 organisasi. Di sesi diskusi, beberapa anggota memberikan tanggapan agar ada kriteria dalam penerimaan anggota. Hal ini ditanggapi oleh Timotheus Lesmana sebagai Ketua Badan Pengurus yang mengatakan bahwa FI sudah memiliki kriteria penerimaan dan pengeluaran anggota.
Untuk peningkatan kapasitas anggota, pada tahun 2017 FI akan memiliki tiga program rutin, yaitu Philanthropy Learning Forum, Philanthropy Skill Share Forum, dan Philanthropy Executive Development Program, yang tujuannya untuk penguatan kapasitas lembaga. Dalam kesempatan ini, beberapa anggota mengusulkan agar ke depannya FI berani untuk mengangkat isu – isu sosial yang sedang populer dan strategis, seperti isu toleransi antar umat beragama.
Selain itu kegiatan roadshow SDGs ke 8 (delapan) kota di Indonesia juga akan mulai berjalan di 2017. Kegiatan ini sebenarnya bertujuan untuk mengenalkan SDGs kepada para pelaku filantropi di daerah. Pelaksanaan roadshow ini tertunda karena Perpres SDGs yang belum ditandatangani oleh Presiden dan dokumen SDG belum diterjemahkan oleh Bappenas, oleh karenanya baru dapat dilaksanakan mulai awal 2017 dan bekerja sama dengan lembaga filantropi dan nirlaba di daerah.
Dalam bidang riset dan pengembangan, direncanakan pada Januari 2017 FI sudah menerbitkan lima buku dan kajian yaitu Filantropi di Indonesia: Mengapa bukan untuk Kesenian (sudah terbit), Kesiapan Filantropi dalam mendukung Pencapaian SDGs, Profil dan Peran Yayasan Perusahaan, Profil dan Peran Yayasan Keluarga, dan buku saku Mengapa Filantropi Perlu Mendukung SDGs.
Dalam tuturannya, Timotheus berharap agar di tahun 2017 dan seterusnya, anggota-anggota FI dapat lebih aktif lagi terutama dalam mendukung advokasi serta pencapaian SDGs. Akhirnya RUA Filantropi Indonesia di tahun 2016 ditutup oleh Erna Witoelar, selaku Ketua Badan Pengarah, yang mengatakan bahwa semua anggota dan pegiat filantropi harus berkontribusi pada pencapaian semua goals di 17 SDGs, baik yang kurang populer maupun yang sudah banyak pelakunya.