Januari 4, 2017
[Event] Global Summit on Community Philanthropy
Pada tanggal 1-2 Desember yang lalu, Filantropi Indonesia berkesempatan untuk mengikuti Global Summit on Community Philanthropy di Johannesburg, Afrika Selatan. Selain Filantropi Indonesia, delegasi Indonesia yang hadir adalah Indonesia Untuk Kemanusiaan (IKA). Konferensi yang berlangsung selama dua hari itu dihadiri oleh kurang lebih 300 delegasi dari 50 negara. Masing-masing peserta berasal dari berbagai organisasi filantropi maupun komunitas, baik private funders, public funders, maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (Non-Government Organizations/NGOs) atau Organisasi Masyarakat Sipil (Civil Society Organizations/CSOs).
Mengangkat tema ‘Shift the Power’, konferensi ini menjadi angin segar dalam dunia NGOs maupun organisasi sosial berbasis komunitas (selanjutnya disebut dengan istilah ‘community foundations’). Konferensi ini menjadi gerakan global yang menyuarakan kesetaraan dalam menyikapi kegiatan filantropi maupun bantuan internasional, baik dari segi pemberi maupun penerima hibah. Selain itu, konferensi ini juga menjunjung tinggi lokalitas yang berasal dari komunitas atau NGOs di suatu daerah.
Inisiasi ‘Shift the Power’ didukung oleh apa yang disebut sebagai 8 pillars of good development, yaitu: (1) Partisipasi dan mobilisasi massa (participation and mobilizing people), (2) Nilai tambah (value added), (3) Sumber daya (resources), (4) Data dan fakta (evidence and data), (5) Pemerintah (governance), (6) Intervensi yang efektif (effective intervention), (7) Narasi dan komumikasi (narration and communication), and (8) Architecture & hybridity.
Plenary Session
Plenary Session hari pertama mengangkat topik ‘What Needs to Happen to Shift the Power’ menghadirkan narasumber Ambassador James Joseph (keynote speaker), Sibongile Mkhabela, Hilary Pennington, dan Gerry Salole (moderator).
Plenary Session hari kedua mengangkat tema ‘Rethinking the Resourcing of Civil Society’ menghadirkan narasumber Degan Ali, Annabel Cruz, Lucia Dellagnelo, Janet Mawiyoo, Littleton Tazewell, dan Dhananjayan (Danny) Sriskandarajah (moderator).
Concurrent Session
Concurrent Session atau sesi paralel hari pertama menghadirkan lima topik yang dapat dipilih oleh peserta untuk diikuti.
- ‘Tactics or Design Elements in the Structure of Community Grantmaking Work to Strengthen the Local Capacity, Influence, Trust, Relationships and Resources Needed For Community Change to Stick and Keep Moving Forward’ oleh The Aspen Institute dan Segal Family Foundation.
- ‘Network Effects’ oleh Civicus, Community Foundation of Canada, dan Council of Foundations.
- ‘How Data Can Drive, Inform and Grow a Locally Owned Development Agenda’ oleh Foundation Center, Keystone, dan LIN.
- ‘Shifting Decision Making Power to the People: Models of Participatory Grantmaking’ oleh African Women’s Development Fund (AWDF), Dalia, dan Mama Cash.
- ‘Addicted to Scale? What It Really Means to Make an Impact’ oleh Global Fund for Community Foundations dan Community Foundation of Canada.
Sesi paralel hari kedua menghadirkan empat topik yang dapat dipilih oleh peserta untuk diikuti.
1.‘Preaching the Practice and Practicing What We Preach’ oleh KCDF, Philanthropy for Social Justice and Peace, dan Rockefeller Brothers Fund.
2.‘How Do We Maintain Good Governance – and Shift the Power?’ oleh Global Fund for Community Foundations dan Partnership – Broker Association.
3.‘Exploring How Language Can Shift the Power‘ oleh Comunalia dan Ellas
4.‘What Happens When Everyone Is a Donor?’ oleh Ford Foundation dan ICOM.
Lightening Talks
Acara pidato singkat ini disampaikan oleh Victoria Grant, Felicia Lucky, dan Jiangang Zhu secara bergantian di atas panggung. Victoria Grant dari Community Foundations of Canada menyampaikan pidato terkait keanekaragaman yang merupakan sesuatu yang alami. Keanekaragaman tidak perlu menjadi sebuah kendala yang harus diatasi oleh sebuah lembaga sosial di suatu wilayah. Victoria Grant mencontohkan, dengan banyaknya indegeneous people di Kanada. Felicia Lucky dari Black Belt Commmunity Foundation menyampaikan hal terkait pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh suatu yayasan, termasuk membuat narasai-narasi yang unik terkait program dan dampak yang dikerjakan oleh yayasan. Terakhir, Jiangang Zhu yang menyampaikan topik tentang Community Foundation di Cina.
Open Session
Open Session merupakan forum sukarela yang bisa diinisiasi oleh setiap peserta yang memiliki isu khusus dalam dunia filantropi. Sedangkan, para peserta lainnya dapat mengikuti diskusi ini selama satu jam sesuai dengan isu yang diminati. Beberapa organisasi yang berpartisipasi dalam Open Session antara lain Foundations for Peace, Southern Africa Trust, WITS University, Global Fund for Community Foundations, Philanthropic Initiative for Racial Equity (PRE), Ibero-American Network of Community Foundations, ICOM, dan Zambian Governance Foundation.
Selain itu, dalam konferensi itu juga diselipkan acara penganugerahan Olga Alexeeva Memorial Prize keempat. Nominasi penghargaan tersebut adalah orang-orang yang dianggap memiliki kontribusi di dunia filantropi di masing-masing negara, antara lain Paul Bacher, Artemisa Castro Felix, Audrey Elster, Neville Gabriel, Laurence Lien, Bhekinkosi Moyo, dan Maria Amalia Souza. Akhirnya, yang berhasil meraih penghargaan adalah Bhekinkosi Moyo, Direktur Eksekutif Southern Africa Trust dan ketua (chair) Africa Philanthropy Network.
Di media sosial, khususnya Twitter, konferensi ini dapat disimak kembali dengan tanda pagar (tagar) #ShiftThePower atau di akun resmi penyelenggara Global Summit on Community Philanthropy, Global Fund for Community Foundations @Globalfundcf.