Mei 17, 2017
[Philanthropy Sharing Session] To Communicate and Promote Philanthropic Works Creatively
Untuk pertama kalinya Filantropi Indonesia bekerja sama dengan In-Docs dan Kedutaan Besar Australia untuk menyelenggarakan suatu acara eksklusif bertajuk Philanthropy Sharing Session pada Jumat, 5 Mei 2017. Sesi ini diadakan sebagai bagian dari acara Good Pitch2 Southeast Asia yang diadakan satu hari sebelumnya di Goethe Institute. Pada acara tersebut, Good Pitch2 SE Asia bekerja sama dengan Good Pitch2 Australia mendatangkan beberapa tamu dari sektor filantropi di negara kanguru tersebut.
Philanthropy Sharing Session ini diadakan di Kedutaan Besar Australia dan bersifat intim dengan peserta dari anggota dan mitra Filantropi Indonesia. Tema yang diangkat berkaitan dengan seni kreativitas dalam aktivitas filantropi, “Mengkomunikasikan dan Mempromosikan Gerakan Filantropi Secara Kreatif”. Empat tamu pembicara yang hadir adalah Sita Bala (Communications, Private Wealth Network), Hunter Johnson (Co-Founder, The Man Cave), Malinda Wink (Executive Director, Good Pitch2 Australia), dan Thomas Ng (Founder and Director, Genashtim); dengan moderator dari In-Docs, Amelia Hapsari. Sebelum dimulai, Alison Purnell (Counselor Advocacy and Outreach, Australian Embassy) memberikan ucapan selamat datang bagi para hadirin. Dilanjutkan kata sambutan perwakilan dari Filantropi Indonesia, Ibu Erna Witoelar yang mengungkapkan bahwa filantropi Indonesia dan Australia harus terus memperkuat relasi dan membangun jejaring.
Keempat pembicara membagikan pengalaman mereka, baik cerita sukses maupun kegagalan dalam mengkampanyekan isu sosial yang mereka perjuangkan. Malinda Wink menceritakan bagaimana kesulitan yang dia alami untuk meyakinkan donor bahwa film dokumenter bisa menjadi alat untuk mendorong perubahan sosial. Sita Bala dari PWN juga bercerita bagaimana organisasinya mengakomodasi kepentingan anggota-anggotanya dari keluarga HNWI yang beragam agar dapat fokus ke isu yang penting dan urgent. Hunter Johnson dari the Man Cave mengingatkan pentingnya untuk menjangkau anak muda dan memiliki strategi khusus untuk menggaet filantrop dari kalangan millennial. Sedangkan Thomas Ng memberikan perspektif dari sisi investasi sosial saat membangun organisasinya yang adalah B corporation.
Diskusi dan tanya jawab juga berlangsung hangat dan terarah dari sekitar 50 peserta mewakili yayasan dan lembaga filantropi di Indonesia yang ingin belajar langsung tentang cara-cara kreatif dan praktis dalam melaksanakan programnya. Dari acara ini kami berharap banyak pertukaran pikiran dan ide serta kerja sama yang terjalin antara sektor filantropi di kedua negara. Filantropi Indonesia akan terus berupaya untuk mendukung aktivitas filantropi bagi kelestarian seni kreativitas maupun sebaliknya.