Oktober 31, 2017
Philanthropy Learning Forum on SDGs di Yogyakarta
Filantropi Indonesia (FI) didukung oleh Dompet Dhuafa telah melaksanakan rangkaian kegiatan terkait sosialisasi SDGs di Yogyakarta selama dua hari (23 – 24 Oktober 2017) dengan dukungan mitra lokal, Hoshizora Foundation. Berbeda dari ketiga kota sebelumnya, di Yogyakarta ada dua kegiatan berbeda yang dilaksanakan: Philanthropy & Business Networking Dinner serta Philanthropy Learning Forum on SDGs. Keduanya saling berkaitan dan tujuannya adalah mendorong pelaku filantropi dan bisnis di Yogya untuk bersinergi dan berkolaborasi dengan menghadirkan champion lokal.
Acara makan malam diadakan Senin, 23 Oktober dan merupakan kerja sama dengan Forum CSR DIY yang diketuai oleh GKR Mangkubumi. GKR Mangkubumi sendiri hadir bersama dengan beberapa tamu undangan dari dunia bisnis serta sektor filantropi. Diskusi informal malam itu difasilitasi oleh Ibu Erna Witoelar, Ketua Badan Pengarah FI. Partisipasi aktif peserta terlihat dengan banyaknya ide serta masukan untuk bagaimana memulai chapter filantropi dan bisnis di Yogya yang mengarah ke tercapainya SDGs.
Di hari berikutnya, Selasa 24 Oktober, PLF on SDGs dilaksanakan di Jogja Expo Center. Pada diskusi terbuka ini ada empat narasumber di panel: Timotheus Lesmana (Ketua Pengurus FI), Abu Yazid (Kepala Sub Bidang Kesejahteraan Sosial Bappeda DIY), Maharani Hapsari (Dosen Universitas Gadjah Mada) dan Sabeth Abilawa (GM Corporate Secretary Dompet Dhuafa). Sedangkan moderator adalah Reky Martha, Co-Founder dari Hoshizora Foundation.
Dari sekitar 60 peserta yang hadir, banyak yang sudah mengetahui apa itu SDGs namun belum memahami secara mendalam. Pemaparan dari Pak Timotheus menjelaskan mengenai apa itu filantropi dan mengapa sektor filantropi perlu bermitra dan berkolaborasi dalam mendukung SDGs. Pak Abu Yazid dari Bappeda kemudia memaparkan kondisi sosial dan isu apa saja yang menjadi perhatian pemerintah. Beliau juga mengungkapkan pentingnya sektor swasta dan masyarakat sipil untuk membantu tercapainya target-target yang sesuai dengan pembangunan daerah.
Sedangkan Ibu Rani dari UGM menyampaikan dari sisi akademis mengenai platform kemitraan yang inklusif dan bagaimana peran dari filantropi terhadap pembangunan. Pembicara terakhir Pak Sabeth dari Dompet Dhuafa (DD) memberikan contoh konkrit apa yang sudah dilakukan oleh DD dalam rangka pencapaian SDGs dan kerja sama yang dilakukan dengan pemerintah dan sektor lain.
Diskusi tanya jawab berlangsung hangat dengan beberapa pertanyaan dan pendapat yang menarik dari peserta. Seperti pertanyaan mengenai apakah SDGs sudah memikirkan kaum difabel sebagai implikasi prinsip “no one left behind”, dan seberapa besar peran negara dalam menentukan agenda SDGs di masyarakat.
Dari rangkaian acara roadshow di Yogyakarta, terlihat bahwa antusiasme mengenai kemitraan untuk SDGs sudah ada. Selanjutnya menjadi tanggung jawab bersama untuk meneruskan semangat dan jaringan yang sudah terbina agar kemitraan lintas sektor untuk tujuan pembangunan berkelanjutan dapat tercapai.