Oktober 25, 2017
Diskusi Terbatas Pasca Konferensi Habitat III
Pada Rabu 11 Oktober 2017, Filantropi Indonesia, Yayasan Danamon Peduli, dan Kemitraan Habitat bersama – sama meninisiasi pembentukan Klaster Filantropi Urban dan Habitat. Salah satu poin pokok dari latar belakang pembentukan klaster ini yaitu Goals ke 11 SDGs dan peristiwa Konferensi Habitat ke III. Berkaitan dengan Goals ke-11 didapatkan fakta bahwa perkotaan di Indonesia masih mengalami ketimpangan. Sebagian besar kota berada di wialayah Indonesia Barat, sementara bagian timur sifatnya masih pedesaan. Dan isu perkotaan yang sekarang sedang dihadapi yaitu berkutan kepada transportasi massal yang rendah, pencemaran, konfeksi lahan, dll. Selain permasalahan, kota juga memberikan kesempatan bagi penduduknya. Posisi Indonesia merupakan yang paling rendah di Asia Tengara, yaitu kenaikan 1 persen urbanisasi hanya menaikan 4 persen PDB. Sementara di Cina, 1 persen urbanisasi menaikan 10 persen PDB.
Konferensi habitat dimulai pada tahun 1976. Pada tahun tersebut Indonesia juga mulai melakukan gebrakan dengan mendirikan perumnas dengan kerjasama dengan BTN. Sementara itu tahun 1996, isu hunian dunia mulai berubah, isu urbanisasi menjadi penting, pemukiman harus berkelanjutan. Baru 46 persen dari jumlah penduduk di Indonesia yang tinggal di kota pada tahun 1996. Sementara sekarang sudah lebih 50 persen penduduk tinggal di perkotaan.
Habitat III atau New Urban Habitat (NUA) muncul dengan perubahan agenda baru perkotaan yang mendorong inklusifitas, dan mengantisipasi tantangan baru yaitu perubahan iklim. Tiga prinsip agenda baru ini yaitu tidak seorang yang tertinggal, ekonomi perkotaan dan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Semua pihak mulai dari pemerintah, sektor swasta, nonprofit, hingga Perguruan Tinggi mempunyai peran penting dalam perencanaan permukiman yang berkelanjutan. Lima elemen NUA yaitu inklusif sosial, peluang membangun ekonomi, rencana dan manajemen terpadu, dan menciptakan kerangka pendukung.
Yayasan Danamon Peduli (YDP), Filantropi Indonesia (FI), dan Kemitraan Habitat (KH), ketiganya sudah menangani salah satu atau salah dua agenda NUA sejak beberapa tahun yang lalu. YDP sudah mulai menjalankan perbaikan kawasan kumuh termasuk pasar sejak tahun 2010. Sementara itu program 100-0-100 adalah tulang pungung dari KH. Masalah primer seperti air bersih, sanitasi, kawasan kumuh perlu ditangani secara gotong royong. FI sudah lama mendorong mitra dan jaringannya untuk menangani masalah permukiman kumuh dan penataan kota.
Ketiga lembaga tersebut telah memiliki komitmen bersama terhadap klaster ini, yaitu mempunyai komitmen terhadap kemitraan (kerjasaman dengan komunitas) dan pemahaman yang sama mengenai masalah perkotaan. Langkah berikutnya adalah masing – masing membantu pemerintah untuk mencapai target penataan perkotaan. Filantropi Klaster Perkotaan mengajak Anda yang bergerak di bidang perkotaan dan pemukiman untuk berpartisipasi dalam komitmen ini. Hubungi info@filantropi.or.id untuk informasi lebih lanjut.