September 5, 2019
Pertemuan Awal Pembentukan Klaster Filantropi Kesehatan: Peran Aktif Filantropi untuk Pembangunan Kesehatan di Indonesia
Pencapaian keseluruhan SDGs termasuk kesehatan membutuhkan sumber daya besar. Mengingat bahwa untuk bidang kesehatan, setiap tahunnya pemerintah hanya menganggarkan 5 persen dari APBN, maka dibutuhkan alternatif sumber daya untuk pembangunan kesehatan nasional, salah satunya membangun kemitraan harus menjadi poin penting. Atas dasar tersebut, Filantropi Indonesia bersama Filantropi Kesehatan dari Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FKKMK UGM menggagas kegiatan “Pertemuan Awal Pembentukan Klaster Filantropi Kesehatan: Peran Aktif Filantropi untuk Pembangunan Kesehatan di Indonesia” pada 26 Agustus 2019, sebagai salah satu penjajakan dan perkenalan Klaster Filantropi Kesehatan.
Agenda kegiatan termasuk pemaparan hasil riset dari Filantropi Kesehatan, pemetaan kebutuhan klaster berdasarkan pengalaman dan kepentingan tiap peserta yang memiliki program kerja terkait dengan kesehatan serta diskusi strategi filantropi di bidang kesehatan. Pemaparan presentasi oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD. selaku Director of Health Policy and Management, FKKMK UGM, menuturkan berdasarkan riset Filantropi Kesehatan yang telah dilakukan hingga tahun 2017, bahwa adanya sejumlah masalah pada pembayaran rumah sakit, dikarenakan cash flow BPJS yang tidak lancar. “Pendanaan kesehatan bisa bersumber dari filantropi sehingga dapat membantu langsung pasien dan meringankan biaya investasi rumah sakit sebagai pelengkap dana BPJS dan pemerintah”, ujar Prof. Laksono. Sumber dana filantropisme yang berasal dari masyarakat juga terimplementasi dalam kegiatan crowdfunding, dimana telah berkembang di Indonesia oleh beberapa lembaga.
Dilanjutkan dengan pemetaan kebutuhan Klaster Filantropi Kesehatan dari lembaga anggota Filantropi Indonesia yang hadir saat itu, seperti Rumah Zakat, GPDLI, Yayasan Cipta, BAZNAS, Dompet Dhuafa, LAZ Harfa Banten, Peduli Sehat, STF UIN Jakarta, NU Care dan LAZISMU. Adapun kategori pemetaan kebutuhan yang diidentifikasi dan sebagai sharing knowledge antar organisasi yaitu di bidang Peningkatan Kapasitas, Manajemen Pengetahuan dan Advokasi. Masing-masing lembaga diminta untuk memberikan ketertarikan dan kemampuan yang dimiliki sehingga dapat berbagi bahkan menjadi contoh pembelajaran.
Kemudian, diskusi strategi yang dilakukan dalam mendorong kolaborasi antara lembaga filantropi juga dibahas oleh Prof. Laksono melalui pengembangan website software khusus filantropi kesehatan yakni www.filantropikesehatan.net. “Tak lain, harapannya agar filantropi kesehatan Indonesia dapat seperti Association for Health Philanthropy”, tutup Prof. Laksono.