November 10, 2023
Mewujudkan Tata Kelola dan Keberlangsungan Keuangan yang Strategis bagi Lembaga Nirlaba
Sebagai negara paling dermawan di dunia (berdasarkan penilaian World Giving Index 2022 oleh Charities Aid Foundation), Indonesia menunjukkan perkembangan lembaga filantropi yang pesat. Setidaknya selama beberapa tahun terakhir filantropi Indonesia mengalami kemajuan dalam 7 area yaitu: jangkauan aktivitas filantropi yang luas, berkembangnya filantropi perusahaan, transformasi yayasan keluarga, meningkatkan pengumpulan dan pendayagunaan dana filantropi oleh lembaga filantropi, meningkatnya jumlah penerima manfaat, adanya sinergi antara aktivitas filantropi dan SDGs, serta inovasi penggalangan sumbangan. Perkembangan-perkembangan tersebut sudah seharusnya diimbangi dengan semakin menguatnya kapasitas internal dan eksternal lembaga filantropi dalam rangka menjaga keberlanjutan lembaga dan program yang dijalankan, salah satunya ketangguhan keuangan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) dan Re.search berkolaborasi menyelenggarakan Philanthropy Skill Development (PSD) #19 dengan topik “Penyusunan dan Pengelolaan Keuangan Strategis Lembaga Filantropi serta Nirlaba”, dalam rangka penguatan resiliensi lembaga filantropi dan nirlaba dalam rangka mendorong keberlanjutan. Ketangguhan keuangan (financial resiliency) bagi lembaga filantropi dan nirlaba menjadi kunci untuk mendukung dan memastikan keberlanjutan program dan organisasi dalam rangka mencapai visi misi organisasi serta dampak yang lebih luas. Maka, lembaga filantropi dan nirlaba perlu untuk selalu meningkatkan dan memperkuat ketanggugan keuangan organisasi dalam jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang. Untuk mencapai ketangguhan keuangan, salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan keuangan strategis (strategic finance).
Keuangan strategis merupakan sistem keuangan yang berorientasi kepada penguatan dana cadangan. Sistem ini membedakan antara keuangan berbasis proyek ataupun sistem keuangan organisasi yang masih terbatas pada memperkuat tabungan (savings) organisasi. Indikator utama ketangguhan keuangan strategis dapat ditinjau dengan penerapan strategi penganggaran, keragaman sumber penerimaan (income diversification), mengembangkan dana cadangan modal dalam bentuk cadangan operasional dan modal perubahan serta indikator-indikator kesehatan keuangan lainnya.
Pelatihan ini dihadiri oleh 30 partisipan yang hadir secara online via Zoom. PSD dimulai dengan kata sambutan dari Program and Communication Manager Perhimpunan Filantropi Indonesia, Dinda Sonaloka, menyampaikan bahwa “Philanthropy Skill Development (PSD) salah satu core program Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) sebagai bentuk komitmen kami untuk membantu dan memfasilitasi pengembangan kapasitas pegiat filantropi, terutama lembaga filantropi, untuk memperkuat kapasitasnya dalam berbagai aspek.”
Philanthrophy Skill Development #19 kali ini memiliki lima pokok bahasan yang diawali dengan pembahasan pertama terkait ‘penganggaran strategis’. Ada beberapa hal yang harus dipelajari dalam penganggaran strategis diantaranya budget komprehensif mencakup seluruh kegiatan NGO. Selanjutnya ada beberapa fungsi yang menjadi rujukan agar bisa terarah dalam penganggaran strategis. Kemudian terkait siklus anggaran yang merupakan bagian juga dari siklus keuangan dengan tahapan yang sama dari mulai perencanaan sampai pertanggung jawabannya.
Selanjutnya terkait Siklus Keuangan Strategis pastinya akan membahas terkait penerimaan pengeluaran dan pelaporannya. Format laporan keuangan organisasi nonprofit di Indonesia, ISAK 35, mengharuskan semua uang masuk harus dibedakan antara sumbangan dan bukan, serta pembedaan berdasarkan sifatnya.
Pembentukan Cadangan penting bagi organisasi untuk dipertahankan agar tetap dalam posisi keuangan yang baik. Cadangan dapat memiliki tujuan yang berbeda dan berasal dari sumber pendapatan yang berbeda, tetapi semuanya dapat membantu organisasi tetap stabil secara financial. Menyisihkan uang untuk cadangan yang dapat membantu menjaga kegiatan usaha dalam kondisi keuangan yang baik dengan menyediakan tabungan untuk menangani pengeluaran di masa depan.
Pada materi ke empat, masuk ke dalam pembahasan mengenai parameter kesehatan keuangan untuk mengukur kesehatan keuangan yang pertama parameter untuk mengukur Tren dan Likuiditas Keuangan. Biasanya, para CSO yang sudah punya unit fundraising yang butuh biaya besar yang mencari sumber dana lain, maka likuiditas ini perlu diukur. Kedua, parameter untuk mengukur kesehatan keuangan.
Terakhir mengenai laporan keuangan beberapa laporan keuangan standar indonesia, ISAK 35, memiliki komponen penting yaitu laporan aktivitas atau laporan penghasilan komprehensif dan laporan posisi keuangan. Dua komponen inilah yang akan dianalisa karna dua komponen ini saling terhubung untuk menganalisa kesehatan keuangan di suatu organisasi juga untuk penetapan tujuan, pemantauan kinerja, dan pemberian arah upaya mobilisasi sumber daya.
Strategi keuangan dalam suatu organisasi berkaitan dengan pengadaan atau pemanfaatan dana. Organisasi nirlaba harus memastikan mempunyai persediaan dana yang memadai dan tepat agar dapat memenuhi kebutuhaannya untuk saat ini maupun masa yang akan datang dan juga harus mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan keputusan pendanaan yang baik dari suatu organisasi nirlaba, memungkinkan perusahaan dapat mengelola keuangan dengan baik dan mengarah pada keberlanjutan organisasi tersebut.