Juni 3, 2022
Kegiatan Filantropi di Indonesia Berakar Kuat dari Tradisi Zakat | #FIFest2022
Dalam beberapa dekade terakhir, sektor filantropi di dunia global telah mengubah fokus dan trend dari bentuk pemberian individu menjadi pemberian dari masyarakat dan kelembagaan yang terstruktur. Ini menimbulkan berbagai tantangan dan kesempatan bagi lembaga filantropi untuk mendapatkan dukungan donor dari komunitas internasional atau nasional. Berbagai strategi inovasi dan adaptasi terus dilakukan untuk memastikan program dampak keberlanjutan.
JAKARTA-2 Juni 2022
COVID-19 yang masuk Indonesia di awal tahun 2020 telah menjadi momentum untuk mempercepat transformasi filantropi di seluruh dunia. Digitalisasi, transparansi, keberlanjutan, dan akuntabilitas dipaksa untuk disesuaikan oleh lembaga-lembaga filantropis. Perubahan dalam hal memberi, juga terjadi terkait dana hibah yang lebih longgar untuk menangani dan mencegah pandemi. Di sisi lain, pemerintah sebagai regulator juga memfasilitasi perubahan-perubahan ini dengan mendukung kebijakan yang berkaitan dengan mobilisasi kegiatan filantropi.
Indonesia termasuk negara yang sangat peduli pada kegiatan filantropi ini. Direktur Internasional Strategi Derek Ray-Hill dalam webinar bertajuk “The Transformation of Philanthropy Landscape: Global & Indonesia’s Perspectives” yang diadakan Filantropi Indonesia (2/6) mengatakan, kegiatan filantropi di Indonesia berakar kuat dari tradisi zakat dan juga faktor budaya, yang mendorong masyarakat untuk saling memberi dan menjadi sukarelawan.
Hal ini juga ditegaskan oleh Deputy of BAZNAS Indonesia & Chair of Board of Supervisory Filantropi Indonesia Arifin Purwakananta. Menurut dia, peran filantropi berbasis agama memiliki peran penting dalam mendorong timbulnya kemurahan hati masyarakat. Zakat adalah bentuk charity tradisional dari ajaran Islam yang dipraktekkan secara luas di Indonesia, yang hasilnya dibagikan kembali kepada yang membutuhkan. Ada lima aspek yang disasar dalam filantropi di Indonesia yaitu pendidikan, pemberdayaan ekonomi, iklim dan lingkungan hidup; advokasi dan kesehatan.
Dalam laporan tahunan World Giving Index (WGI) yang dirilis oleh Charities Aid Foundation pada 2021 mencatat, Indonesia berada di urutan pertama sebagai negara paling dermawan di dunia. Negara ini pun masuk dalam 10 negara paling murah hati, masih versi WGI, meski bukan negara yang berpendapatan besar seperti Inggris dan Perancis. Indonesia juga berada di peringkat utama dalam kategori mendonasikan uang (86%) dan dalam kategori menyisihkan waktu sebagai sukarelawan (60%).
Seiring berkembangnya zaman, transformasi digital saat ini juga telah memengaruhi cara filantropi di Indonesia dalam melakukan kegiatannya. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi digital seperti telepon selular untuk memberikan donasi. Hal ini biasanya banyak dilakukan oleh kalangan generasi muda. Penggunaan teknologi digital juga diyakini sebagai salah pendukung peningkatan filantropi Indonesia, sekaligus ikut berperan dalam pembangunan negara.
Kegiatan filantropi menurut Suzanty Sitorus, Vice Chair of Board of Executives Filantropi Indonesia, terbagi menjadi tiga area transformasi di lanskap tanah air. Area pertama adalah Reformasi 1998 yang mengubah politik Indonesia terkait pemerintahan, karena filantropi tidak bisa dipisahkan dari arena dan lingkungan politik sosial. Masyarakat yang lebih terbuka dan demokrasi memberikan lahan subur bagi filantropi untuk dapat beroperasi secara bebas yang dapat dilihat dengan banyaknya yayasan sebagai format legal untuk filantropi.
Kedua, ada banyak upaya filantropi di Indonesia yang tidak terjadi di negara lain seperti membantu memobilisasi donasi publik untuk bencana alam, bahkan juga sekaligus mengelola dana untuk mendirikan yayasan khusus sebagai wadah distribusinya.
Ketiga, area fokus dan geografi. Banyak organisasi filantropi yang mengkhususkan diri pada bidang pendidikan dan kesehatan, dengan memfokuskan pada hal-hal tertentu. Misalnya, ada organisasi yang fokus membantu anak-anak yang terlahir dengan kondisi abnormal. Selain itu ada juga yang khusus membantu mantan narapidana agar mendapat pekerjaan setelah menyelesaikan hukuman. Bukan hanya itu, membantu para janda dalam membangun kemampuan ekonomi, dan mendukung para petani agar bisa berbisnis lebih baik dengan menumbuhkan badan usaha sosial; juga menjadi tujuan organisasi filantropi.
Suzanty menekankan, harmoni sosial untuk cakupan lebih luas seperti kemanusiaan adalah faktor penting untuk mewujudkan filantropi yang lebih inklusif. Kegiatan berbagi dan menolong sesama atau objek distribusi dilakukan tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, atau golongan. Oleh karena itu masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk memastikan filantropi benar-benar dianggap sebagai pilar yang penting di negara ini dalam hal regulasi dan sistem. Asosiasi filantropi juga harus lebih banyak berkolaborasi dengan organisasi riset untuk sektor-sektor privat lainnya dan mengombinasi sumber-sumber daya nasional maupun internasional.
Meskipun pada dasarnya kegiatan filantropi memiliki tujuan yang sangat mulia yakni menumbuhkan rasa kedermawanan dengan membantu sesama, tetap tidak luput dari penyalahgunaan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Arifin mengatakan, penyalahgunaan filantropi menjadi permasalahan semua bangsa. Di Indonesia sendiri, BAZNAS telah berkoordinasi dengan kepolisian, badan intelijen, dan lainnya agar tidak ada yang menyelewengkan dana-dana zakat. Memperkecil penyaluran dana zakat untuk terorisme adalah salah satu contoh.*
Tentang FIFest 2022
FIFest 2022 atau Indonesia Philanthropy Festival adalah acara dua tahunan yang berfungsi sebagai
platform bagi para pemangku kepentingan filantropi untuk membahas dan berbagi isu-isu utama,
inisiatif, inovasi, kebijakan, dan praktik terbaik dari keterlibatan filantropi di Indonesia. Melanjutkan
kesuksesan dua FIFest sebelumnya di tahun 2016 dan 2018, acara tahun ini diselenggarakan secara
virtual selama sebulan dari tanggal 2- 30 Juni 2022. Tema acara tahun ini adalah ‘Philanthropy Hub: Memperkuat Ekosistem Filantropi untuk Mempercepat Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs)’, yang bertujuan untuk menguraikan peluang, strategi, dan prioritas dalam
mengembangkan ekosistem filantropi Indonesia yang akan membantu mempercepat pencapaian
SDGs.
FIFest 2022 telah menampilkan forum diskusi tentang berbagai topik, publikasi baru, termasuk
peluncuran Indonesia Philanthropy Outlook 2022, dan inisiatif yang inovatif oleh organisasi filantropi yang mendukung pencapaian TPB/SDGs, baik di tingkat nasional maupun internasional.