Desember 28, 2023
Workshop Grant Management untuk Lembaga Filantropi Grantmaker
Dalam konteks Indonesia, tipologi lembaga filantropi dibedakan atas tiga, yaitu pemberi hibah (grantmaker), perantara (intermediary), dan pelaksana (implementing). Grantmaker memiliki sumberdaya dan mendistribusikan dana hibah kepada kelompok masyarakat atau lembaga filantropi yang lebih kecil. Dalam prosesnya, grantmaker didorong untuk dapat membangun tata kelola manajemen hibah (grant management) yang kuat dan efektif.
Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) bersama Tanoto Foundation dan Kursor Strategic menyelenggarakan Philanthropy Skill Development #22 dengan topik ‘Workshop Grant Management untuk Lembaga Filantropi Grantmaker’. Dalam rangka penguatan kapasitas para filantropis agar dana hibah dikelola dengan efektif.
Kegiatan ini dihadiri oleh 21 peserta yang hadir secara offline di Jakarta. Dalam kata sambutannya Dinda Sonaloka, Manager Program dan Komunikasi Perhimpunan Filantropi Indonesia menyampaikan “Peningkatan kapasitas bagi lembaga filantropi grantmaker rasanya perlu kita intenskan untuk membantu membangun tata kelola manajemen hibah yang kuat dan efektif. Tujuannya adalah memastikan bahwa dana tersebut digunakan dengan efektif, efisien, dan sesuai dengan tujuan serta persyaratan yang telah ditetapkan. Manajemen hibah yang efektif membantu memastikan bahwa dana filantropi digunakan seoptimal mungkin untuk mencapai dampak positif sesuai dengan tujuan dan misi organisasi pemberi hibah”.
Angginta Ayu, Partnership Lead Tanoto Foundation, juga menyampaikan antusias dan apresiasinya kepada PFI, Kursor Strategic, dan Ford Foundation sebagai mitra sehingga acara ini dapat terlaksana. Harapannya pelatihan ini dapat meningkatkan pemahaman lembaga filantropi grantmaker terkait framework grant management yang efektif serta dapat meningkatkan kapasitas lembaga filantropi dalam menyusun agenda prioritas untuk mencapai tujuan strategis serta menerapkan grant lifecycle yang efektif”.
Dalam pelatihan kali ini dimulai dengan sesi berbagi praktik terbaik bersama Esther Parapak, Grant Manager Ford Foundation. Esther menyampaikan bahwa Ford Foundation telah berdiri sejak tahun 1936 dan membuka kantor di Indonesia pada tahun 1953. Ford foundation memiliki misi individual leadership, strong institutions, and innovative, often high-risk ideas. Ford foundation mendukung individu yang memiliki kapasitas untuk menjadi leader juga institusi agar lebih kuat dalam melakukan kegiatannya serta mendukung ide-ide yang inovatif. Hal yang menarik dari Ford Foundation adalah salah satu hibah yang diberikan ditujukan untuk memperkuat resiliensi organisasi itu sendiri melalui dukungan general support.
Pada hari pertama pelatihan, Rafiuddin Palinrungi, Direktur Kursor Strategic memaparkan materi terkait memahami grantmaking melalui eco-system thinking dan theory of change dalam konteks organisasi pemberi dana hibah. Rafi menjaskan sebagai lembaga filantropi grantmaker harus berusaha untuk melihat akar masalahnya dan melihat secara keseluruhan suatu permasalahan yang terjadi sehingga tidak hanya menghilangkan rasa sakit tetapi juga menuntaskan rasa sakit itu secara permanen. Sebagai grantmaker kita harus memerhatikan 3 hal yang pertama yaitu gejala, penyebab awalnya, dan penyebab utamanya.
Leverage point menjadi tak kalah penting untuk diformulasikan agar hasil yang ditimbulkan lebih maksimal. Theory of change dijelaskan bagaimana kerangka berfikir pengembangan program untuk perubahan/dampak dengan skala besar yang mana dapat dilakukan dengan beberapa tahapan salah satunya yaitu melakukan riset dan pengembangan (primer atau sekunder) tentang intervensi dengan tujuan mengidentifikasi dan/atau menetapkan “poin bukti” tentang model intervensi yang efektif, layak, dan terukur dalam overview yang akan dilakukan.
Pada hari kedua pelatihan, materi dimulai dengan paparan terkait grant lifecycle, review, seleksi, hingga memo rekomendasi hibah, serta survey kondisi kapasitas organisasi dalam mengelola program dana hibah. Dalam penulisan memo rekomendasi hibah sendiri ditegaskan perlu adanya strategi grant, tata kelola organisasi dan kesehatan keuangan. Untuk itu para peserta diminta untuk berlatih dalam kertas kerja dengan contoh proposal yang ada untuk menuliskan memo rekomendasi hibah yang baik.