Pada 8 Oktober 2024, Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI), Real Impact Advisors (RIA), dan The Hepatitis Fund (THF) mengadakan acara “Improving Community Health through Partnerships” di Jakarta. Acara ini membahas tantangan dan solusi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, khususnya dalam upaya eliminasi hepatitis di Indonesia melalui kolaborasi lintas sektor.
Lingkungan yang mendukung atau enabling environment sangat penting untuk memaksimalkan kontribusi filantropi dalam pembangunan berkelanjutan. Dukungan kebijakan yang kondusif, insentif pajak yang tepat, penerapan kode etik, serta transparansi lembaga melalui direktori filantropi, semuanya berperan dalam menciptakan ekosistem yang sehat bagi pertumbuhan filantropi di Indonesia.
Banyak dari kita mungkin telah mendengar mengenai Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Namun, mengapa tujuan ini menjadi begitu penting dan seakan-akan menjadi agenda bersama lintas sektor? Pada kesempatan ini, akan dibahas kaitan antara SDGs dan peran filantropi di Indonesia, serta kontribusi sektor pemerintah dan swasta dalam pencapaiannya.
Filantropi, yang berasal dari kata Yunani ‘philein’ yang berarti cinta dan ‘anthropos’ yang berarti manusia, merupakan kegiatan yang didorong oleh semangat untuk saling membantu dan memberdayakan.
Pada Agustus 2024, Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) menandai pencapaian penting dengan secara resmi bergabung dalam jaringan Charities Aid Foundation (CAF).
Kegiatan ini ini diselenggarakan sebagai bagian dari upaya Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) dan DMC Dompet Dhuafa dalam memperingati Hari Ozon 2024, dengan tema “Lindungi Ozon, Kurangi Perubahan Iklim”. PFI, sebagai organisasi yang berkomitmen dalam isu lingkungan dan filantropi, bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lapisan ozon demi keberlangsungan kehidupan di bumi.
Sebagai bagian dari upaya strategis memperkuat ekosistem filantropi di Indonesia, Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) menggelar diskusi pra peluncuran Chapter Sulawesi Selatan di Wisma Kalla, Makassar. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan kesiapan operasional chapter baru yang diharapkan akan menjadi pilar penting dalam memperkuat sinergi antar-lembaga filantropi di wilayah tersebut.
“Filantropi strategis memiliki kekuatan untuk mengubah masyarakat dan menciptakan dampak yang berkelanjutan.” Pesan kuat ini digaungkan dalam peluncuran buku edisi bahasa Indonesia *A Philanthropist’s Guide to Giving: Berbagai Pemahaman Khas Asia dari Asia Philanthropy Circle* yang diadakan di Gramedia Grand Indonesia hari ini. Acara yang merupakan hasil kerja sama antara Gramedia, Yayasan Bakti Barito, dan Perhimpunan Filantropi Indonesia ini menghadirkan tokoh-tokoh penting di sektor filantropi untuk mendiskusikan pentingnya buku yang baru saja diterjemahkan ini.
“Filantropi strategis dapat mengubah komunitas dan menciptakan dampak yang bertahan lama.” Itulah pesan dari Asia Philanthropy Circle, Bakti Barito Foundation, dan Filantropi Indonesia saat mereka meluncurkan *A Philanthropist’s Guide to Giving: Berbagai Pemahaman Khas Asia dari Asia Philanthropy Circle*, edisi bahasa Indonesia dari *A Philanthropist’s Guide to Giving: Asia-based Insights from Asia Philanthropy Circle*.
Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) dan Kementerian PPN/Bappenas Republik Indonesia meresmikan Indonesia Philanthropy Outlook 2024 yang dikemas melalui Philanthropy Learning Forum (PLF) ke-63 bertajuk “Indonesia Philanthropy Outlook 2024: Menggali Temuan Kunci dan Rekomendasi untuk Memperkuat Ekosistem Filantropi terhadap Pembangunan Berkelanjutan” pada Selasa, 2 Juli 2024 di Jakarta.