Proposal hibah pendanaan yang sukses dapat berdampak signifikan terhadap organisasi filantropi dari sisi finansial dan kredibilitas. Theory of change atau Teori Perubahan kini banyak menjadi salah satu elemen penting dalam menulis proposal hibah. Teori Perubahan pada hakikatnya merupakan gambaran dan ilustrasi komprehensif tentang bagaimana dan mengapa perubahan yang diinginkan diharapkan terjadi dalam konteks tertentu. Namun nyatanya, dalam proses penulisan dan penerapan theory of change masih menghadapi tantangan besar karena setiap donor membutuhkan pendekatan yang berbeda-beda. Dalam implementasinya, penulisan proposal ini mengharuskan lembaga filantropi untuk terus berkelanjutan, adaptasi terhadap tren, pemanfaatan teknologi dan sumber daya. Poin-poin utamanya mencakup memahami penulisan hibah, menemukan peluang, mengembangkan proposal yang menarik, menangani penganggaran dan kolaborasi, memastikan kepatuhan, mengukur dampak signifikan, juga tetap mendapatkan informasi tentang tren.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) dan Re.search berkolaborasi menyelenggarakan Philanthropy Skill Development (PSD) #20 dengan topik “Menulis Proposal Hibah dan Theory of Change untuk Pendanaan Internasional”, dalam rangka penguatan resiliensi lembaga filantropi dan nirlaba dalam rangka mendorong keberlanjutan.
Kegiatan ini dihadiri oleh 31 partisipan yang hadir secara online via Zoom. PSD dimulai dengan kata sambutan dari Program and Communication Manager Perhimpunan Filantropi Indonesia, Dinda Sonaloka, menyampaikan bahwa “Melalui pelaksanaan peningkatan kapasitas ini, PFI berkolaborasi dan memfasilitasi tenaga ahli yang profesional, serta kredibel dengan jam terbang yang cukup tinggi dibidangnya masing-masing. PFI optimis dan berharap peningkatan kapasitas ini dapat selaras dan membantu peserta untuk merumuskan ketangguhan dan juga target jangka pendek, menengah dan juga jangka panjang dari masing-masing lembaga.”
PFI akan terus berkomitmen untuk membantu dan memfasilitasi pengembangan dan kapasitas pegiat filantropi. Kami sadar bahwa untuk memperkuat resiliensi organisasi bukan hal yang mudah dan merupakan langkah yang butuh lebih banyak waktu dan usaha yang maraton sehingga lembaga filantropi dan nirlaba perlu senantiasa untuk terus meningkatkan kapasitasnya secara konsisten dan perlu mengatur visi misi untuk jangka pendek menengah hingga jangka panjang.
Yulianto Dewata, Praktisi Monitoring dan Evaluasi, menyampaikan bahwa paling tidak dalam pelatihan dan peningkatan kapasitas ini peserta dapat memahami model pendanaan yang biasa dilakukan lembaga donor, terutama lembaga donor internasional. Selain itu, diharapkan peserta dapat memahami ekspektasi lembaga donor dalam penilaian proposal dan pelaksanaan project. Lalu, peserta dapat memahami komponen-komponen yang diperlukan dalam pengembangan proposal dan mampu mempraktekkan langkah awal dalam pengembangan proposal.
Proposal hibah yang rancang dengan baik akan menunjukkan profesionalisme dan komitmen suatu lembaga nonprofit terhadap tujuan mereka. Yulianto yang lebih akrab dipanggil David ini, menjelaskan hal dasar mengenai proposal hibah yang saat ini ada dua jenis proposal yaitu solicited proposal dan unsolicited proposal. Setiap jenis proposal di atas memiliki kebutuhan tersendiri tentang kemana proposal akan diberikan dan bagaimana proses penyusunannya. Hal ini sesuai dengan tujuan dari masing-masing jenis proposal karena setiap proposal dibuat untuk maksud tersendiri. Berikut beberapa penilaian proposal yang menjadi pertimbangan setiap donor salah satunya komponen desain program. Dalam komponen ini, informasi yang menjadi perhatian ialah bagaimana proposal hibah dapat menunjukan kontribusi dengan ‘why’ dan ‘how’ yang jelas melalui pendekatan dan intervensi yang diusulkan, serta theory of change dan indikator keberhasilan yang logis. Dalam pembuatan proposal hibah diperlukan juga project management yang baik yang merupakan menjadi indikator keberhasilan sebuah proposal hibah.
Adapun project management merupakan satu keseluruhan praktek terkait perencanaan, pengelolaan, serta sumber daya yang ditujukan untuk dapat menyelesaikan spesifik project tertentu yang sudah didesain dalam keterbatasan waktu, anggaran dan lingkup kerja. Pelaksanaan project management ini juga tidak dapat dilupakan aplikasi dari pengetahuan, keahlian, tools dan teknik untuk mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan. Dalam pelaksanaan project, ada siklus standar yang dapat diterapkan oleh lembaga yaitu dimulai dengan inisiasi yang mencakup desain, bentuk komitmen dan mekanisme, dilanjutkan dengan perencanaan agar implementasi project dapat dilakukan dengan baik. Tak kalah penting, proses monitoring dan evaluasi dalam reporting, asset management, dan final evaluation.
Hari kedua dimulai dengan sesi paparan dan diskusi terkait peran theory of change dalam sebuah proposal dan result-based management. David menyampaikan theory of change sendiri biasa digunakan ketika sebuah lembaga atau project baru, membuat gambaran tentang perubahan apa saja yang diharapkan terjadi, sesuai dengan jangka waktu dari project yang dilakukan dalam periode tertentu. Ketika sebuah perencanaan yang menggunakan theory of change sudah jelas perubahan apa yang akan terjadi dan bisa diidentifikasi. Hal ini akan sangat membantu project tersebut untuk segera dilakukan pemetaan supaya perencanaan dan kegiatan dapat sejalan.
Suatu lembaga dapat mengembangkan theory of change dengan cara melihat masalah apa yang akan direspon, melihat apa yang menjadi tujuan, dan hasil akhir apa yang ingin dicapai, seperti: perubahan perilaku, perubahan kebijakan atau perubahan peningkatan pendapatan. Kemudian, lembaga tersebut melakukan pengukuran terkait perubahan tersebut, menentukan indikator apa yang perlu dilakukan dalam pengukuran perubahan (menentukan tahapan monitoring atau survei). Selanjutnya, apa yang perlu dilakukan oleh lembaga; misal perubahan yang ingin terjadi ialah perubahan perilaku hidup sehat, maka lembaga perlu melakukan pelatihan dan edukasi. Terakhir, perlunya melihat resiko dan asumsi yang menghambat perubahan tersebut, sehingga dapat diminimalisir kegagalan dari sebuah project.