Oleh: Rizal Algamar, Ketua Badan Pengurus Perhimpunan Filantropi Indonesia
Banyak dari kita mungkin telah mendengar mengenai Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Namun, mengapa tujuan ini menjadi begitu penting dan seakan-akan menjadi agenda bersama lintas sektor? Pada kesempatan ini, akan dibahas kaitan antara SDGs dan peran filantropi di Indonesia, serta kontribusi sektor pemerintah dan swasta dalam pencapaiannya.
SDGs merupakan komitmen global yang dideklarasikan pada Sidang Umum PBB pada September 2015, diadopsi oleh negara-negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia. SDGs mencakup 17 tujuan utama, antara lain:
- Tanpa Kemiskinan,
- Tanpa Kelaparan,
- Kehidupan Sehat dan Sejahtera,
- Pendidikan Berkualitas,
- Kesetaraan Gender,
- Air Bersih dan Sanitasi Layak,
- Energi Bersih dan Terjangkau,
- Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi,
- Industri, Inovasi, dan Infrastruktur,
- Berkurangnya Kesenjangan,
- Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan,
- Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab,
- Penanganan Perubahan Iklim,
- Ekosistem Lautan,
- Ekosistem Daratan,
- Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh, serta
- Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Sebagai salah satu negara berkembang yang berkomitmen terhadap pencapaian SDGs pada tahun 2030, Indonesia menerapkan berbagai inisiatif di berbagai sektor. Filantropi Indonesia juga turut berkontribusi dalam upaya mencapai ke-17 tujuan tersebut.
Capaian SDGs dalam Indonesia Philanthropy Outlook 2024
Dalam rangka memantau dan mengevaluasi capaian Filantropi Indonesia, serangkaian penelitian dan survei telah dilaksanakan. Hasilnya dirangkum dalam Indonesia Philanthropy Outlook 2024. Berdasarkan kajian tersebut, dua area utama menunjukkan kemajuan signifikan pada tahun 2023:
- Keterlibatan pemangku kepentingan yang semakin luas dalam aktivitas filantropi, serta
- Meningkatnya keselarasan program-program filantropi dengan agenda SDGs dan tujuan global lainnya, khususnya terkait perubahan iklim.
Namun demikian, cakupan SDGs yang sangat luas menuntut kolaborasi lintas sektor untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Oleh karena itu, Indonesia Philantropy Outlook 2024 memberikan penilaian dan evaluasi terhadap kontribusi lembaga-lembaga filantropi dalam mendukung setiap tujuan SDGs.
Jika melihat data alokasi sumber daya pada tahun 2022, terdapat beberapa poin penting. Misalnya, terdapat peningkatan sebesar 10 poin pada kontribusi terhadap agenda SDG 1 (Tanpa Kemiskinan), tetapi terjadi penurunan sebesar 20 poin pada SDG 4 (Pendidikan Berkualitas). Evaluasi ini menunjukkan pentingnya pemerataan kontribusi filantropi untuk mencapai semua tujuan SDGs secara seimbang.
Upaya Pencapaian SDGs dan Peran Filantropi
Dalam rangka mendukung pencapaian SDGs, Filantropi Indonesia berperan aktif melalui kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Pada tahun 2023, laporan pencapaian SDGs di Indonesia mengidentifikasi empat aspek penting untuk mempercepat kemajuan:
- Kepemimpinan di tingkat nasional dan daerah yang berperspektif SDGs,
- Ketersediaan data yang komprehensif sebagai dasar pembuatan kebijakan,
- Komunikasi dan koordinasi yang efektif antar pemangku kepentingan di tingkat nasional dan daerah, serta
- Kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga filantropi.
Menyadari kebutuhan ini, Filantropi Indonesia berupaya menjadi jembatan untuk memfasilitasi kolaborasi, ko-kreasi, dan aksi kolektif dalam berbagai program yang sejalan dengan agenda SDGs. Program-program filantropi yang dirancang dengan pendekatan terintegrasi tidak hanya menargetkan satu tujuan SDGs, tetapi juga beberapa tujuan secara simultan. Sebagai contoh, program perumahan yang layak di wilayah-wilayah tertentu di Indonesia tidak hanya berkontribusi pada SDG 11 (Kota dan Permukiman Berkelanjutan), tetapi juga pada SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak), SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), serta SDG 1 (Tanpa Kemiskinan).
Kolaborasi multi-pemangku kepentingan sangat diperlukan dalam pencapaian tersebut. Program-program filantropi yang terintegrasi dapat menghasilkan dampak jangka panjang yang berkelanjutan, sesuai dengan visi utama SDGs. Program ko-kreasi dan kolaborasi antara state actors dan non-state actors dapat membuka peluang untuk aksi kolektif sehingga dapat memanfaatkan pengalaman berbagai organisasi dalam revitalisasi permukiman dan mendukung capaian dampak yang lebih luas serta keberlanjutan program.