Jakarta, 15 Januari 2025 – Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) sukses menggelar diskusi bertajuk “Bisnis yang Berdampak Sosial: Lesson Learned dari Transformasi Bina Trubus Swadaya” di Wisma Hijau. Acara ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan dalam dunia filantropi dan bisnis sosial, membahas strategi keberlanjutan dalam pengelolaan bisnis sosial yang tidak bergantung pada donor eksternal.
Bagaimana bisnis sosial dapat bertahan dan berkembang tanpa bergantung pada donor? Pelajari strategi sukses Bina Trubus Swadaya dalam mengembangkan model bisnis sosial berkelanjutan.
Meniti Jejak Kemandirian dalam Kewirausahaan Sosial
Setiap organisasi yang bergerak dalam bisnis sosial perlu memahami strategi keberlanjutan agar dapat terus memberikan dampak bagi masyarakat. Salah satu contoh lembaga yang berhasil melakukan transformasi bisnis sosial dengan tetap mempertahankan nilai dan misinya adalah Yayasan Bina Trubus Swadaya. Dengan perjalanan panjang sejak tahun 1967, Bina Trubus Swadaya telah berevolusi dari organisasi kemasyarakatan menjadi yayasan yang menjalankan berbagai unit usaha dengan pendekatan kewirausahaan sosial.
Kemandirian menjadi prinsip utama dalam perjalanan Bina Trubus Swadaya. Berangkat dari pertanyaan mendasar mengenai minimnya penerbitan pertanian di negara agraris seperti Indonesia, lembaga ini kemudian mendirikan Majalah Trubus sebagai langkah awal dalam bisnis sosial. Seiring waktu, berbagai unit usaha lain pun berkembang, seperti Toko Trubus dan Bina Trubus Swadaya Konsultan. Keberhasilan ini menegaskan bahwa bisnis sosial dapat berjalan beriringan dengan misi pemberdayaan masyarakat tanpa harus bergantung pada donor eksternal.
Strategi Keberlanjutan Bisnis Sosial
Keberlanjutan dalam bisnis sosial memerlukan strategi yang matang dan adaptasi terhadap perubahan zaman. Dalam diskusi ini, beberapa strategi utama yang disoroti dalam perjalanan Bina Trubus Swadaya meliputi:
1. Integritas dan Nilai Kelembagaan
Salah satu kunci keberlanjutan bisnis sosial adalah menjaga integritas dan nilai yang menjadi fondasi organisasi. Seperti yang disampaikan oleh perwakilan Dompet Dhuafa, keberhasilan Bina Trubus Swadaya dalam bertahan lebih dari 50 tahun terletak pada pemimpin yang terus menjaga ruh dan identitas lembaga.
2. Model Bisnis yang Adaptif
Bisnis sosial harus mampu beradaptasi dengan perubahan regulasi dan kebutuhan zaman. Misalnya, Bina Trubus Swadaya Konsultan terus mengembangkan model bisnis yang tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar tetapi juga menjawab tantangan zaman sekaligus kebutuhan perusahaan dalam memenuhi regulasi yang berkembang.
3. Kolaborasi dan Jaringan Multi-Pihak
Kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk komunitas lokal, pemerintah, dan sektor swasta, menjadi elemen penting dalam membangun bisnis sosial yang berkelanjutan. Bina Trubus Swadaya telah membuktikan bahwa dengan memperkuat jaringan, dampak sosial yang dihasilkan bisa semakin luas.
4. Penguatan Regulasi bagi Perusahaan Sosial
Dengan adanya pengakuan dari Direktorat Jenderal AHU terkait badan hukum social enterprise, bisnis sosial di Indonesia kini memiliki regulasi yang lebih jelas. Perusahaan sosial yang ingin mencatatkan pada Direktorat Jenderal AHU harus mencantumkan salah satu atau lebih dari 17 tujuan SDGs, serta menyatakan bahwa 51% dari profit harus dikontribusikan pada beneficiaries di dalam anggaran dasarnya. Hal ini menjadi langkah maju bagi lembaga seperti Bina Trubus Swadaya untuk terus berkembang dengan struktur yang lebih kuat.
Mengatasi Tantangan dan Membangun Ketahanan Bisnis Sosial
Dalam menjalankan bisnis sosial, berbagai tantangan kerap muncul, mulai dari ketergantungan pada donor hingga pengelolaan cashflow yang stabil. Salah satu solusi yang diterapkan oleh Bina Trubus Swadaya adalah dengan menciptakan sistem di mana yayasan dapat memiliki saham dalam badan usaha berbentuk PT. Dengan model ini, lembaga sosial tetap dapat menjalankan bisnis dengan prinsip keberlanjutan tanpa kehilangan misi sosialnya.
Selain itu, pendekatan lokalisasi juga menjadi faktor penting dalam keberlanjutan bisnis sosial. Dengan memberdayakan komunitas lokal dan memastikan program yang dijalankan sesuai dengan kebutuhan setempat, dampak yang dihasilkan bisa lebih signifikan dan berkelanjutan.
Masa Depan Bisnis Sosial di Indonesia
Bina Trubus Swadaya menjadi contoh nyata bahwa bisnis sosial dapat bertahan dan berkembang dengan strategi yang tepat. Dengan mengadopsi pendekatan kewirausahaan yang kuat, membangun jaringan kolaboratif, serta memastikan regulasi yang mendukung, bisnis sosial di Indonesia memiliki peluang besar untuk terus tumbuh dan memberikan manfaat bagi masyarakat yang lebih luas.
Ke depan, digitalisasi juga menjadi faktor yang tak bisa diabaikan dalam pengelolaan bisnis sosial. Infrastruktur digital yang baik akan membantu meningkatkan transparansi, efektivitas pencatatan dampak, serta memperluas jangkauan program-program sosial. Dengan kombinasi strategi yang tepat, bisnis sosial di Indonesia dapat semakin berkembang dan berkontribusi dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).