Jakarta, 6 Desember 2024 – Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) kembali menyelenggarakan Philanthropy Learning Forum ke-66 dengan tema “Menelusuri Peran Swasta dan Organisasi Masyarakat Sipil dalam Mencapai Dampak Berkelanjutan”. Acara ini bertempat di IPMI International Business School dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan dari sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, akademisi, dan praktisi filantropi.
Rektor IPMI, Ir. Muhamad Aman Wirakarta Kusuma, M.Sc., Ph.D., dalam sambutannya menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menjawab tantangan global. “IPMI sangat terhormat dapat menjadi tuan rumah acara ini. Kemitraan lintas sektor menjadi elemen kunci dalam menciptakan solusi yang holistik, komprehensif, dan tepat sasaran untuk berbagai isu, termasuk perubahan iklim dan tantangan geopolitik,” ujarnya. Ia juga menyampaikan komitmen IPMI dalam mendukung program-program inovatif melalui pendekatan akademik dan penelitian yang terintegrasi dengan isu-isu berkelanjutan.
Anton Rizki, CEO Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), menjelaskan peran lembaganya sebagai think tank independen yang memberikan masukan berbasis bukti kepada pembuat kebijakan. Ia menekankan bahwa keterlibatan sektor swasta tidak hanya menjadi alternatif, tetapi keharusan dalam menyelesaikan persoalan yang kompleks. “Tidak semuanya bisa dibebankan kepada pemerintah. Kolaborasi antara sektor swasta dan organisasi sipil dapat menghasilkan dampak yang lebih luas dan berkelanjutan,” tutur Anton.
Dalam kesempatan ini, Romy Cahyadi, CEO Instellar, mengajak peserta untuk melihat peran penting perusahaan dalam mendukung kewirausahaan sosial. Ia menekankan pentingnya pendekatan inovatif untuk mengatasi berbagai persoalan sosial dan lingkungan. “Kewirausahaan sosial tidak hanya tentang solusi lokal, tetapi juga bagaimana menciptakan dampak yang lebih besar melalui keterlibatan swasta,” ungkap Romy. Ia mengapresiasi forum ini sebagai ruang strategis untuk berbagi pengalaman dan belajar bersama dalam membangun ekosistem kolaboratif.
Di sisi lain, Diantini Rahayu, Manajer Program dan Komunikasi PFI, menekankan bahwa budaya filantropi harus tumbuh dari semangat kolaborasi antar berbagai sektor. “PFI berkomitmen menjadi wadah lintas sektor untuk memajukan ekosistem filantropi di Indonesia. Diskusi seperti ini menjadi langkah awal untuk menemukan potensi dan peluang kolaborasi yang dapat menghasilkan solusi berkelanjutan,” katanya.
Forum ini menghadirkan panelis dari berbagai latar belakang, termasuk Silvia Bien (CEO Happy Hearts Indonesia) dan Romy Cahyadi (CEO Instellar), dengan moderator Ahmad Fatul Aziz, praktisi kolaborasi sosial dari Campaign.com. Diskusi berjalan dinamis, membahas peran strategis sektor swasta dan organisasi masyarakat sipil dalam menghadirkan solusi inovatif bagi tantangan pembangunan berkelanjutan.
Forum ini menegaskan pentingnya sinergi antara sektor swasta dan organisasi masyarakat sipil untuk menciptakan dampak yang lebih signifikan. Semua peserta sepakat bahwa kolaborasi yang solid, berbasis bukti, dan inklusif akan menjadi fondasi bagi pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Acara ditutup dengan sesi foto bersama para panelis dan peserta. Forum ini tidak hanya menghasilkan diskusi yang bermanfaat, tetapi juga membuka peluang kolaborasi yang konkret antara berbagai pihak.
Melalui PLF ke-66 ini, Perhimpunan Filantropi Indonesia semakin menegaskan komitmennya untuk menjadi penghubung lintas sektor, menciptakan inovasi, dan memperkuat ekosistem filantropi yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.