Jakarta, 18 November 2025 — Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) melalui Klaster Filantropi Pendidikan (KFP) menyelenggarakan Philanthropy Sharing Session (PSS) #51 bertajuk “Kemitraan Strategis untuk Inovasi Kolaboratif dan Keberlanjutan Ekosistem Filantropi Pendidikan di Indonesia.” Forum ini menghadirkan dialog mendalam antara pemerintah, filantropi, dan lembaga nirlaba untuk memperkuat ekosistem pendidikan nasional melalui kolaborasi, ko-kreasi, dan aksi kolektif lintas sektor.
Klaster Filantropi Pendidikan (KFP) sendiri dibentuk sebagai wadah kolaborasi dan pertukaran praktik baik antar anggota PFI yang bekerja di bidang pendidikan. Melalui forum seperti PSS, KFP mendorong penyelarasan arah dan prioritas program pendidikan lintas lembaga agar kerja sama yang terbangun lebih efektif dan tepat sasaran.
Urgensi Penguatan Ekosistem Pendidikan
Dalam sambutannya, Dian A. Purbasari, Wakil Ketua Badan Pengurus PFI dan Direktur Bakti Barito, menekankan pentingnya memperkuat kemitraan strategis di tengah tantangan pendidikan yang semakin kompleks. Ia menyoroti perlunya sinergi antar lembaga agar kontribusi sektor filantropi dapat berdampak luas dan berkelanjutan bagi masyarakat.
Kebijakan Pemerintah: Integrasi Layanan melalui “Rumah Pendidikan”
Dalam sesi pemaparan, Vivi Andriani, Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama Kemendikdasmen, membuka diskusi dengan sejumlah isu strategis, mulai dari kebijakan wajib belajar 13 tahun hingga tantangan kurangnya guru berkompetensi.
Ia memperkenalkan konsep Rumah Pendidikan, sebuah kerangka integrasi layanan pendidikan nasional yang menghadirkan 8 ruang kolaborasi untuk memperkuat mutu pendidikan, mencakup peningkatan kapasitas guru, akses konseling untuk siswa, hingga penguatan tata kelola daerah.
Menanggapi pertanyaan peserta mengenai isu kekerasan di satuan pendidikan, Vivi menjelaskan bahwa pemerintah terus memperkuat pendidikan karakter melalui 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.
Kolaborasi Pemerintah–Filantropi: Tantangan, Peluang, dan Titik Temu
Sesi tanya jawab memperlihatkan sejumlah isu prioritas yang muncul dari peserta, termasuk mekanisme pembagian peran antara pemerintah dan filantropi, ketersediaan data pendidikan yang akurat, serta koordinasi lintas kepemimpinan di daerah.
1. Tantangan Fiskal dan Keterbatasan Data
Vivi menyoroti kondisi fiskal daerah sebagai tantangan utama.
“Kondisi fiskal adalah hal paling penting. Semua anggaran untuk pendidikan berada di daerah. Ini sangat mempengaruhi kemampuan daerah untuk memenuhi kebutuhan guru dan menjalankan program.”
Ia menegaskan bahwa kolaborasi dengan filantropi tidak hanya pada program, tetapi juga pada validasi data pendidikan, mengingat data Dapodik masih menghadapi berbagai kendala input di daerah.
2. Peluang Kolaborasi Perencanaan Daerah
Kemendikdasmen membuka peluang besar kolaborasi peningkatan kapasitas perencanaan daerah melalui kemitraan bersama BAPPENAS. Mekanisme ini memungkinkan filantropi terlibat dalam pendampingan perencanaan kebijakan pendidikan berbasis kebutuhan daerah.
Perspektif Klaster: Filantropi sebagai Mitra Sistemik
Dalam sesi tanggapan, Budi Setiawan Muhamad, Koordinator Klaster Filantropi Pendidikan sekaligus Ketua Yayasan Guru Belajar, menguraikan peran strategis filantropi:
Potensi Filantropi
- Desain program yang kontekstual
- Kedekatan dengan komunitas akar rumput
- Respons cepat dan adaptif
- Ruang eksperimen program yang luas
Harapan kepada Pemerintah
- Keterbukaan data lintas sektor
- Mekanisme koordinasi lintas periode kepemimpinan
- Penguatan perencanaan dan penganggaran berbasis hasil
- Budaya kolaboratif yang konsisten di tingkat daerah
Membangun Lingkungan Kolaboratif yang Kokoh
Khelmy Pribadi, Tenaga Ahli Wamendikdasmen, menekankan pentingnya membangun enabling environment untuk memperkuat kolaborasi pendidikan. Ia mendorong pengembangan platform data kolaboratif yang memetakan intervensi lembaga filantropi di seluruh Indonesia agar pemerintah dan filantropi dapat melihat kebutuhan lokal secara lebih akurat.
“Kita perlu peta Indonesia—siapa mengerjakan apa, di mana, dan apa pembelajarannya. Dengan data yang sama, dampak kolaborasi akan lebih kuat.”
Dalam diskusi, peserta dari berbagai lembaga juga berbagi inisiatif, termasuk pembelajaran coding, pengembangan AI, pendampingan sekolah, dan program literasi. Keseluruhannya menunjukkan potensi kolaborasi lintas lembaga yang sangat besar untuk mendukung agenda nasional.
Menuju Kerja Sama yang Lebih Terstruktur dan Berdampak
Di sesi penutup, PFI menegaskan kembali komitmen untuk memfasilitasi sinergi antara anggota klaster, lembaga filantropi, dan pemerintah. Forum ini menjadi langkah penting menuju penyusunan kerja sama yang lebih terstruktur, berbasis data, dan berorientasi hasil.PFI menekankan bahwa pendidikan bermutu hanya dapat terwujud melalui partisipasi semesta, dengan filantropi memainkan peran strategis sebagai inovator, katalis, dan mitra pemerintah dalam memperkuat ekosistem pendidikan nasional.







