Juni 16, 2022
Urgensi Perubahan Iklim di Indonesia melalui Pandangan Filantropi | #FIFest2022
Filantropi telah menjadi aktor penting dalam mengatasi tantangan-tantangan besar secara global. Dalam sisi filantropi, perubahan iklim bukan hanya sekadar masalah lingkungan, namun aspek kehidupan lainnya juga memiliki efek plural.
JAKARTA-14 Juni 2022
Menurut The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), filantropi swasta untuk pendanaan berkelanjutan mencapai USD 42,5 miliar antara tahun 2016 dan 2019. Dana itu dapat dimanfaatkan bagi kegiatan penyelamatan dari perubahan iklim.
Menurut laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB, memperkirakan bahwa dalam dekade ini saja, perubahan iklim akan mendorong 32-132 juta orang menuju kemiskinan, dan 350 juta orang akan menghadapi kelangkaan air pada tahun 2030. Perubahan iklim juga merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam pembangunan berkelanjutan (SDGs) karena mencakup banyak aspek seperti air, energi, infrastruktur, kota-kota, pertumbuhan ekonomi, lautan, keanekaragaman hayati, yang semuanya juga merupakan tujuan dalam SDGs.
Dengan mempertimbangkan keberhasilan SDGs di Indonesia, Filantropi Indonesia Festival (FIFest 2022) tahun ini memiliki tema “Filantropi HUB untuk Penguatan Ekosistem Filantropi dalam Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/SDGs”. Melalui FIFest 2022 juga, Filantropi Indonesia memulai misinya untuk menjadi pusat filantropi di Indonesia. Pusat di sini dimaksudkan untuk mendukung pembiayaan inovatif guna mempercepat pencapaian SDGs, termasuk pembiayaan yang berkaitan dengan iklim.
Salah satu representasi dari gerakan dukungan filantropi terhadap perubahan iklim yakni Philanthropy For Climate milik WINGS, sebuah asosiasi filantropi internasional yang memiliki 170 organisasi anggota di 55 negara. Alice de Moraes Amorin Vogas, Project Coordinator Global Philanthropy for Climate Movement WINGS, dalam webinar FIFest 2022 bertajuk ”Increasing Awareness and Aligning Philanthropy Support for Climate Action in Indonesia” yang diadakan Selasa (14/6) mengatakan, saat ini lembaganya sudah menaungi sebanyak 550 organisasi yang berkomitmen untuk mengawal berbagai persoalan terkait perubahan iklim dalam gerakan tersebut.
Webinar tersebut menjadi kolaborasi antara Filantropi Indonesia dan Climateworks Centre dengan dukungan dari Tropical Forest Alliance (TFA). Munculnya organisasi yang fokus pada perubahan iklim mulai banyak terlihat sejak 2019, dengan komitmen untuk berkontribusi menyelamatkan bumi. “Perlu kolaborasi untuk mempermudah pemahaman bahwa kita sama-sama ingin mengatasi perubahan iklim bersama,” kata Alice. “Kita punya pendekatan profesional dan strategis dan tidak menetapkan satu inisiatif wajib. Semua boleh memiliki gerakan implementasi sendiri. Perubahan iklim menjadi suatu permasalahan dan tantangan yang memberikan dampak terhadap upaya-upaya filantropis dari semua elemen dan semua aspek,” sambung dia.
Hal yang sama juga diutarakan oleh Belantara Foundation, dalam rangka membentuk konservasi hutan sebagai ambil bagian untuk pengurangan dampak perubahan iklim. Caranya kerjanya, menurut Dr. Dolly Priatna, Direktur Eksekutif Belantara Foundation yaitu dengan menggunakan pendekatan perlindungan dalam implementasinya, melakukan restorasi hutan yang terdegradasi, dan meningkatkan ekonomi sosial masyarakat melalui kegiatan perhutanan. Ada lima sektor yang diharapkan dapat berkontribusi untuk penurunan emisi, kata Dolly. Pertama, kehutanan kemudian energi, sampah, pertanian, dan proses industri. Harapannya, pemerintah dapat membantumenurunkan emisi hingga 17,2% dari 70% business as usual (BAU).
Untuk mendukung komitmen terkait perubahan iklim tersebut tentu diperlukan pendanaan agar dapat mencapai target yang ditentukan. Guntur Sutiyono, Indonesia Country Lead Climateworks Centre mengatakan, untied funding (pendanaan tidak terikat) merupakan salah satu upaya yang bisa ditempuh untuk bergerak dalam isu perubahan iklim. Hal ini sangat penting untuk membuat penilaian dan menetapkan prioritas untuk menarik para donor. Sebab masih banyak organisasi yang tidak spesifik menjalankan sebuah proyek, sehingga tidak dilihat sebagai potensi.
“Untied funding bisa membuat desain antara pemberi dan penerima manfaat. Kita bisa memengaruhi keputusan dengan topik berat seperti perubahan iklim. Upayakan langkah ini tidak menjadi transaksional dengan funder, tetapi tawarkan upaya yang bisa dilakukan bersama untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada,” jelas Guntur.
Kepedulian terhadap perubahan iklim ternyata tidak semata-mata milik organisasi nirlaba. Lucius Dinto Pramudyo, Sustainable Business, Monitoring, and Reporting Manager Unilever Indonesia Foundation mengungkapkan, untuk setiap produk Unilever yang digunakan konsumen dalam rumah tangga, berkomitmen mengurangi jejak karbon dari setiap 44 jenis produknya. Unilever telah memiliki climate transition action plan untuk bumi yang lebih sehat, dan berkomitmen menggunakan zero emission pada 2039. “Ada beberapa lingkup yang kita targetkan dalam produk Unilever, salah satunya dengan menggunakan material atau bahan baku berbasis pertanian,” ujar Lucius.
Ia melanjutkan, pihaknya akan meningkatkan smart agriculture (praktek-praktek pertanian yang lebih ramah lingkungan) terhadap para petani di beberapa komunitas seperti kacang kedelai hitam dan gula merah. Lucius mengatakan, sektor pertanian juga memiliki kontribusi signifikan dalam emisi gas rumah kaca dan memiliki kedaulatan pangan dalam hadapi perubahan iklim.*
Tentang FIFest 2022
FIFest 2022 atau Indonesia Philanthropy Festival adalah acara dua tahunan yang berfungsi sebagai
platform bagi para pemangku kepentingan filantropi untuk membahas dan berbagi isu-isu utama,
inisiatif, inovasi, kebijakan, dan praktik terbaik dari keterlibatan filantropi di Indonesia. Melanjutkan
kesuksesan dua FIFest sebelumnya di tahun 2016 dan 2018, acara tahun ini diselenggarakan secara
virtual selama sebulan dari tanggal 2- 30 Juni 2022. Tema acara tahun ini adalah ‘Philanthropy Hub: Memperkuat Ekosistem Filantropi untuk Mempercepat Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs)’, yang bertujuan untuk menguraikan peluang, strategi, dan prioritas dalam
mengembangkan ekosistem filantropi Indonesia yang akan membantu mempercepat pencapaian
SDGs.
FIFest 2022 telah menampilkan forum diskusi tentang berbagai topik, publikasi baru, termasuk
peluncuran Indonesia Philanthropy Outlook 2022, dan inisiatif yang inovatif oleh organisasi filantropi yang mendukung pencapaian TPB/SDGs, baik di tingkat nasional maupun internasional.