Jakarta, 26 November 2025 – Multi-Stakeholder Forum (MSF) Aliansi Filantropi yang meliputi Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI), Forum Zakat (FOZ), dan Humanitarian Forum Indonesia (HFI) menyelenggarakan Workshop Program Sektor Iklim dan Lingkungan Hidup di Jakarta, Rabu (26/11/2025). Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian workshop tematik MSF Aliansi Filantropi untuk memperkuat kolaborasi lintas lembaga dalam merancang model intervensi iklim dan lingkungan hidup yang inklusif, berbasis data, serta berorientasi pada peningkatan ketahanan desa.
Workshop ini menjadi langkah strategis untuk menyelaraskan program lingkungan filantropi yang selama ini berjalan terfragmentasi, sekaligus menindaklanjuti kerja sama MSF Aliansi Filantropi dengan berbagai kementerian, termasuk Kemenko PM dan Bappenas, dalam mendorong pencapaian target SDG 13 Penanganan Perubahan Iklim dan SDG 15 Ekosistem Daratan.
Memperkuat Kolaborasi untuk Ketahanan Iklim dan Lingkungan Desa
Indonesia menghadapi tantangan besar dalam sektor iklim dan lingkungan hidup. Data BPS dan KLH menunjukkan bahwa hanya 38 persen desa yang memiliki akses pengelolaan sampah, sementara 22 persen desa terdampak banjir tahunan terutama di wilayah pesisir dan daerah aliran sungai. Hingga 2025, upaya penghijauan baru mencakup 31 persen desa, dan jumlah desa yang terdaftar dalam Program Kampung Iklim (ProKlim) baru mencapai 4.800 dari target nasional 20.000 desa pada 2030.
Kondisi ini menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih terintegrasi untuk memperkuat ketahanan desa dalam menghadapi risiko iklim. Pada sesi pembukaan, MSF Aliansi Filantropi menekankan pentingnya konsolidasi peran lembaga filantropi, pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan komunitas. Platform MSF dirancang untuk menyatukan data, visi, skema pendanaan, dan implementasi agar intervensi lingkungan tidak berjalan sendiri-sendiri tetapi saling menguatkan dan berkelanjutan. Struktur kolaboratif ini diperkuat melalui peran Village Manager dan Sector Manager yang akan mendukung integrasi program di tingkat desa.
Pemaparan Tantangan Iklim dan Pendekatan Ilmiah dari Mitra Pengetahuan
Dalam sesi pemaparan, Prof. Drs. Jatna Supriatna, Ph.D., Direktur Eksekutif DIPI dan Dewan Pakar PFI, menyampaikan analisis mendalam mengenai kondisi iklim dan lingkungan hidup di Indonesia. Beliau menguraikan berbagai risiko seperti peningkatan frekuensi bencana hidrometeorologi, kerusakan ekosistem, hilangnya keanekaragaman hayati, serta tekanan terhadap sumber daya alam.
Pendekatan ilmiah dan berbasis bukti disorot sebagai fondasi penting dalam merumuskan intervensi program. Prof. Jatna menekankan perlunya integrasi pengetahuan lokal dengan teknologi tepat guna, serta pentingnya penguatan kapasitas masyarakat desa agar mampu memahami risiko dan menerapkan praktik adaptasi serta mitigasi yang relevan dengan konteks wilayah masing-masing.
Pemaparan tersebut memberikan landasan analitis bagi peserta workshop untuk menyusun program lingkungan yang lebih terarah dan berorientasi jangka panjang.
Workshop Menghasilkan Kerangka Asesmen dan Model Program Iklim MSF
Workshop menghasilkan penyusunan sejumlah komponen penting untuk membangun intervensi iklim dan lingkungan hidup berbasis desa. Peserta merumuskan kerangka asesmen yang mencakup pemetaan risiko bencana, tingkat kesadaran masyarakat, kondisi ekosistem lokal, ketersediaan sarana lingkungan seperti irigasi dan ruang hijau, kapasitas pemerintah desa, serta potensi pembentukan forum lingkungan hidup.
Selain itu, diskusi kelompok menghasilkan rancangan program yang berfokus pada edukasi ketahanan iklim, peningkatan literasi lingkungan, penguatan komunitas peduli lingkungan, dan pengembangan kegiatan mitigasi serta adaptasi berbasis desa. Program ini diarahkan agar mampu menjawab tantangan perubahan iklim di tingkat akar rumput sekaligus melibatkan masyarakat secara aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Rangkaian pembahasan juga menyepakati perlunya penyusunan sistem Monitoring, Evaluation, and Learning (MEL) untuk memastikan setiap intervensi dapat diukur dampaknya, dipantau secara berkala, serta diperbaiki secara adaptif. Struktur tata kelola kolaboratif turut didefinisikan untuk memperjelas peran lembaga filantropi, pemerintah desa, akademisi, dan komunitas dalam pelaksanaan program iklim dan lingkungan hidup.
Merumuskan Skema Pendanaan Program Lingkungan yang Berkelanjutan
Pembahasan mengenai pendanaan menegaskan bahwa program iklim membutuhkan skema pembiayaan jangka panjang yang melibatkan berbagai sumber. Berbagai alternatif diidentifikasi mulai dari pendanaan filantropi, donor internasional, CSR perusahaan, hingga optimalisasi anggaran desa.
Diskusi juga menekankan pentingnya transparansi, akuntabilitas, dan audit keuangan dalam pengelolaan dana lingkungan. Selain itu, sinergi antara intervensi lingkungan dan penguatan ekonomi lokal menjadi salah satu rekomendasi utama untuk menjaga keberlanjutan program dan memastikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.
Penyusunan Dokumen Proyek Iklim dan Lingkungan Hidup MSF 2026
Hasil workshop sektor iklim dan lingkungan hidup ini akan disintesiskan dalam diskusi lanjutan antar mitra untuk merampungkan dokumen proyek yang siap diimplementasikan pada tahun 2026. Dokumen tersebut akan menjadi pedoman bagi lembaga anggota MSF dalam menentukan desa pilot, merancang intervensi berbasis data, serta menyusun model program lingkungan hidup yang dapat direplikasi secara luas.
Dengan pendekatan kolaboratif, berbasis bukti, dan berorientasi keberlanjutan, MSF Aliansi Filantropi berharap model intervensi iklim dan lingkungan hidup ini dapat memperkuat ketahanan masyarakat desa, meningkatkan kesadaran lingkungan, serta berkontribusi nyata pada pencapaian agenda pembangunan berkelanjutan di Indonesia.






