Transparansi data dan informasi suatu lembaga nirlaba diperlukan dalam prinsip akuntabilitas dan transparansi kepada publik. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, lembaga sosial memainkan peran yang semakin penting dalam memberikan bantuan, mengadvokasi isu-isu sosial, dan menyediakan data serta informasi yang relevan. Kredibilitas lembaga sosial menjadi elemen vital yang menjamin integritas data dan informasi yang dipublikasikan.
Oleh karena itu, Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) melihat keperluan transparansi dan akuntabilitas yang dapat mendukung kredibilitas lembaga di sektor filantropi. Hal ini juga menambah rasa percaya publik terhadap apa yang sudah dilaksanakan dan sumbangsih pembangunan yang bekelanjutan di Indonesia. Atas kebutuhan tersebut, PFI sedang mengembangkan 2 (dua) platform, yaitu Indonesia Philanthropy Directory and Indonesia Philanthroy Impact.
Pemaparan kedua paltform disampaikan oleh Gusman Yahya, Direktur Eksekutif Perhimpunan Filantropi Indonesia pada acara Members Gathering: Penguatan Kredibilitas Organisasi dalam Meningkatkan Kolaborasi antar Anggota melalui Pengembangan Platform dan Inisiatif Keanggotaan, 5 Juli lalu. Pengembangan platform Indonesia Philanthropy Directory sebagai sarana profil anggota PFI sekaligus menunjukkan kredibilitas organisasi/lembaga melalui info kredensial dan prioritas program yang berjalan. Sementara itu, Indonesia Philanthroy Impact ditujukan untuk memetakan sebaran program dan kontribusi dampak yang telah dilaksanakan oleh anggota PFI, khususnya level Kabupaten/Kota. Tentunya, kedua plaform mengacu terhadap akselerasi pencapaian TPB/SDGs di Indonesia. Dukungan dan partisipasi aktif dari anggota PFI menjadi kunci sukses pengembangan kedua platform.
Pengembangan platform ini didukung Dr. Kristianto Silalahi selaku Dosen Unika Atma Jaya dan Anggota Badan Pengawas PFI. “Semakin up to date dan akurat data yang diberikan, memberikan gambaran konkrit lembaga (filantropi) menjalankan kegiatannya”, ujarnya. Senada dengan Kristianto, Resources Development & Communications Director Wahana Visi Indonesia dan Anggota Badan Pengurus PFI Asteria Aritonang menambahkan, kedua platform dapat menyatakan fokus lembaga lebih komprehensif untuk membuka peluang kolaborasi lebih luas.
Inisiatif lainnya yang dipaparkan mengenai skema Members Get Members, yang terbuka bagi anggota PFI. Harapannya melalui skema ini, menambah luasan jaringan PFI dan apresiasi kepada anggota PFI dengan rekomendasi mitra lainnya untuk bergabung.
Tak hanya itu, pada Members Gathering kali ini, beberapa anggota dilibatkan dalam Philanthropy Speed Networking yang terbagi menjadi 6 (enam) kelompok bahasan isu. Adapun fokus isu terdiri dari Gender Equality & Social Inclusion, Pemberdayaan Masyarakat, Stunting, Kemanusiaan, Pendidikan Formal dan Perubahan Iklim. Terobosan pelibatan ini menjadi kesempatan anggota PFI yang bergabung untuk berkolaborasi berdasarkan isu yang sudah ditentukan. Pada praktiknya, perwakilan lembaga saling menjelaskan program unggulan dan mencari kecocokan yang diharapkan.
Sebanyak 59 perwakilan individu, organisasi dan perusahaan dari anggota PFI memeriahkan forum ini. Pelaksanaan Philanthropy Speed Networking menuai respon positif, sehingga forum direkomedasikan agar dilaksanakan kembali. Singkatnya, kolaborasi menjadi poin krusial dari sektor filantropi untuk mendampingi pemangku kepentingan lainnya dalam pembangungan berkelanjutan di Indonesia.